Powered By Blogger

Rabu, 13 Juli 2011

jenis jenis lensa

Lensa terbagi dalam beberapa jenis berdasarkan focal length / rentang lensa.
Lensa Prime atau Fixed focal length
Prime lens adalah lensa yang hanya memiliki satu rentang fokal sehingga tidak bisa zoom. Lensa prime terkenal untuk potret, kegiatan olahraga dan lain-lain. Beberapa lensa prime yang sering terkenal dan sering digunakan yaitu 50mm, 85mm, 135mm, dan 300mm.
Lensa Standard Zoom
Lensa ini disering disebut juga lensa jalan-jalan. Lensa ini biasanya mempunyai rentang fokal antara 16-85mm. Rentang fokal ini sangat fleksibel dan 80% dari foto Anda kemungkinan di jepret mengunakan lensa ini. Contoh: Canon 18-55mm f/3.5-5.6 IS, Nikon 18-55mm f/3.5-5.6 VR, Nikon 16-85mm f/3.5-5.6 VR, Pentax 16-50mm f/2.8 dan sebagainya.
Wide Angle Zoom
Lensa Wide Angle zoom adalah lensa yang populer bagi fotografi pemandangan atau arsitektur karena kemampuan lensa ini untuk menangkap bidang yang luas dengan perspektif yang dinamis. Contoh: Sigma 10-20mm, Canon EF-S 10-22mm, Tokina 12-24mm, dan sebagainya.
Telephoto Zoom
Lensa Telephoto ini dapat membuat objek yang jauh terasa dekat. Sangat populer dikalangan fotografer binatang liar, olahraga, fotojurnalistik dan banyak lagi. Lensa ini juga populer untuk potret karena kemampuannya dalam mengkompresi latar bekalang sehingga model Anda terlihat lebih enak dipandang. Biasanya lensa telephoto rawan getar, maka dari itu lensa telephoto zoom yang memiliki Image stabilization sangat dianjurkan. Contoh: Canon 55-250mm IS, Sony 70-200mm f/2.8, Pentax 65-250mm f/4, Sigma 50-500mm dan sebagainya.
Lensa Superzoom (lensa sapu jagat)
Lensa ini seperti gabungan dari lensa standard zoom dengan telephoto zoom. Rentang fokal lensa ini sangat lebar, dari 18mm sampai telephoto 200mm bahkan ada yang sampai 270mm. Karena itu, lensa ini sangat populer untuk lensa jalan-jalan dan travel. Ideal untuk orang yang tidak ingin mengganti-ganti lensa. Kekurangan lensa ini yaitu pada kualitas optiknya secara umum tidak seprima lensa standard atau lensa telephoto.
Lensa Makro
Lensa Makro adalah lensa ideal untuk mengambil foto close-up atau detail shot dari benda-benda berukuran kecil, misalnya perhiasaan, bunga, serangga, dan sebagainya. Lensa makro mampu membesarkan objek yang difoto dan menangkap detail dan warna dengan tajam. Lensa Makro kadang dipakai untuk potret karena rentang fokal lensa makro biasanya sekitar 90-200mm. Tapi banyak yang tidak menyukai hasil foto potret dengan mengunakan lensa makro karena terlalu tajam, sehingga ketidaksempurnaan dalam kulit menjadi terlalu ketara di foto. Pada umumnya lensa Makro yang baik bukan lensa zoom melainkan prime.
Segala hal tentang lensa telefoto
by Enche on September 1, 2010
Biasanya, orang-orang mengunakan lensa telefoto untuk memperbesar subjek di kejauhan, tapi sebenarnya masih banyak fungsi lensa telefoto yang lain. Artikel ini akan membahas segala tentang lensa ini.
Pertama-tama, mari kita definisikan apa yang termasuk lensa telefoto. Menurut saya sebuah lensa dianggap sebagai lensa telefoto bila memiliki rentang fokal 60mm atau lebih (ekuivalen kamera full frame). Lebih lebar dari 60mm, termasuk lensa standar atau lensa lebar.
Ada dua tipe lensa telefoto: satu adalah lensa telefoto yang tidak bisa zoom, seperti Canon EF 85mm f/1.8. Yang kedua adalah lensa zoom, seperti Canon 70-200mm f/4 L. Lensa yang bisa zoom lebih multi fungsi, tapi yang tidak bisa zoom biasanya memiliki bukaan maksimal yang lebih lebar, berukuran kecil dan lebih lebar. Ada juga lensa sapu jagad, yang memiliki rentang fokal dari lebar sampai telefoto. Contohnya lensa 18-200mm.
Mari kita kupas karakter lensa telefoto.
Memperbesar subjek foto
Karakter yang paling menonjol dari lensa telefoto adalah membesarkan subjek di kejauhan. Karakter ini membuat lensa telefoto menjadi sering digunakan untuk fotografi olahraga, satwa liar, arsitektur, pemandangan atau subjek lain dimana Anda tidak bisa mendekati lebih dekat lagi. Lensa telefoto juga ideal untuk mengambil gambar secara candid, karena saya bisa mengambil gambar dari kejauhan tanpa diketahui oleh orang yang diambil gambarnya.

Dengan mengunakan lensa telefoto, penari yang berada jauh dari kita terlihat besar dan dekat
Makro atau close-up
Meskipun kita bisa memperbesar subjek foto di kejauhan, tapi sebagian besar lensa telefoto tidak sesuai untuk memperbesar subjek dari jarak dekat (makro fotografi). Hal ini disebabkan karena banyak lensa telefoto tidak bisa fokus dekat dengan subjek foto. Solusi atas hal ini adalah memakai lensa telefoto khusus untuk fotografi makro, seperti Canon EF 100mm f/2.8 USM, atau Nikon 85mm f/3.5 DX VR.
Kedalaman fokus yang tipis
Semakin jauh rentang fokal yang digunakan, daerah yang tidak fokus di foto (latar belakang misalnya) menjadi semakin buram. Karena karakter ini, lensa telefoto banyak digunakan untuk foto potret. Karena ini bisa membuat orang yang meliat foto fokus dalam melihat subjek foto daripada latar belakang.
Efek Kompresi
Karakter lain dari lensa telefoto adalah lensa telefoto membuat foto menjadi seperti terkompresi. Latar belakang dan subjek foto sepertinya menjadi terlihat dekat, foto menjadi terlihat dua dimensi. Maka dari itu, banyak fotografer memilih lensa lebar untuk foto pemandangan karena lensa lebar membuat foto menjadi berkesan tiga dimensi.
Meskipun demikian, kadang-kadang lensa telefoto lebih baik daripada lensa lebar untuk foto pemandangan. Misalnya, lensa telefoto dapat membuat bulan atau matahari lebih besar dari pandangan mata telanjang, sehingga membuat pemandangan menjadi lebih dramatis. Lensa telefoto juga bisa membuat latar belakang seperti pegunungan menjadi lebih dekat dan lebih besar daripada sesungguhnya.

Lensa telefoto cocok untuk mengambil foto kegiatan olahraga. Penonton terlihat seperti cukup dekat, kenyataannya cukup jauh. Hal ini karena efek kompresi
Potret
Seperti yang saya bahas sebelumnya, lensa telefoto cukup populer bagi foto potret, terutama foto close-up atau kepala dan bahu. Lensa telefoto bisa membuat seseorang menjadi lebih menarik, karena lensa ini bisa mengeliminasi distorsi wajah. Dan karena kedalaman fokus tipis, potret wanita menjadi menarik karena efek lembut yang ditimbulkan. Di lapangan, banyak fotografer fashion yang mengunakan lensa telefoto yang sangat panjang seperti lensa 200mm atau lebih panjang lagi.
Foto grup
Banyak orang percaya bahwa untuk mengambil foto grup, terutama yang memuat banyak orang, memerlukan lensa lebar. Tapi lensa lebar membuat distorsi terutama di pinggir foto. Menurut saya, mengunakan lensa telefoto untuk foto grup lebih baik.
Ketika kita mengambil foto grup yang berukuran besar dan bertingkat-tingkat, lensa telefoto menjadi lebih berguna karena wajah orang-orang di belakang akan terlihat kurang lebih sama besar daripada orang di depan. Bila Anda mengunakan lensa lebar, maka foto orang yang baris belakang, akan terlihat jauh lebih kecil daripada orang-orang dibaris paling depan, kecuali bila kita mengambil foto dari ketinggian.

Dengan mengunakan lensa telefoto saat mengambil foto grup, efek distorsi yang biasa terdapat di lensa lebar bisa dieliminasi.

Tantangan dalam mengunakan lensa telefoto
Akan ada beberapa tantangan saat memakai lensa telefoto. Pertama, akan lebih sulit membuat kamera dan lensa stabil sehingga foto yang dihasilkan tidak kabur/buram. Hal ini karena ukuran lensa telefoto yang relatif lebih besar dan berat dari lensa lebar. Untuk pengambilan foto yang sempurna, mungkin Anda memerlukan tripod atau meningkatkan shutter speed dan ISO sesuai dengan kebutuhan.
Tantangan kedua adalah ukuran yang besar dan berat. Akan lebih menyulitkan membawa lensa telefoto dalam perjalanan jauh. Anda juga akan menarik perhatian orang bila menenteng lensa telefoto yang panjang.
Tantangan ketiga yaitu luas lapangan. Anda memerlukan tempat yang cukup luas supaya lensa telefoto bisa berfungsi dengan baik. Misalnya, Anda memerlukan kurang lebih tiga meter bila ingin foto close-up dengan mengunakan lensa telefoto medium 85mm. Bila mengunakan lensa yang lebih panjang lagi, seperti 100 atau 200mm, Anda memerlukan ruang yang lebih besar lagi. Sebagian besar lensa telefoto juga memiliki minimum jarak fokus yang cukup jauh yaitu diatas 1 meter, kecuali lensa makro.
Kekurangan terakhir adalah harga. Banyak lensa telefoto dijual dengan harga lebih mahal dari lensa lebar terlebih untuk lensa telefoto yang berbukaan besar dan memiliki fitur peredam getar (image stabilization/vibration reduction). Parahnya, lensa telefoto lebih memerlukan fitur-fitur ini daripada lensa lebar.

Lensa super telefoto zoom buatan Sigma, 200-500mm

Etika Fotografer
by Enche on June 2, 2010
Sebagai makhluk sosial, sebagai fotografer, kita tidak luput dari hubungan manusia. Bila kita hobi foto potret, maka kita akan berhubungan langsung dengan modelnya. Kalaupun hobi kita foto pemandangan, tetap saja kita harus berhubungan dengan orang lain di lokasi untuk mendapatkan informasi atau bantuan.
Maka dari itu masalah etika, adalah masalah yang penting. Namun topik ini biasanya jarang di bahas, fotografer biasanya lebih tertarik membahas soal kamera, lensa, pencahayaan dan lain lain.
Maksud dari etika versi saya adalah bagaimana cara kita berhubungan antar manusia, antara fotografer dan model, antara fotografer dengan asisten, atau dengan masyarakat lokal. Dengan memiliki etika yang baik, fotografer tentunya diuntungkan dengan mendapatkan foto yang lebih berarti, enak dilihat dan alami. Orang-orang di sekitar kita pun akan lebih senang membantu kita.
Secara garis besar, memiliki etika yang baik berarti fotografer bersikap rendah hati, hormat terhadap orang lain, antusias dan baik hati. Dalam foto potret, misalnya, terutama bila modelnya wanita, kita menghormatinya dengan tidak menyentuh saat mengarahkan. Menyentuh model wanita sangat tidak sopan terutama di Asia dan membuat model tersebut menjadi tidak nyaman. Selain itu, hindari kebiasaan berbicara dengan nada memerintah dan sering-seringlah memuji atau berterima kasih bila memang patut.
Saat foto potret, seringkali model kita tidak berpengalaman atau kaku di depan kamera. Hal ini wajar, dan bisa diatasi dengan banyak berkomunikasi dengan mereka. Banyaklah bertanya kepada mereka, tentang hal-hal yang berkaitan dengan mereka, misalnya bila ia seorang musisi, maka tanyakanlah tentang hal berbau musik, atau paling tidak hidup mereka secara umum. Hindari perbincangan tentang hal-hal negatif seperti perang, dan hindari topik SARA.
Seiring dengan waktu, dengan berkomunikasi dengan mereka, mereka akan merasa lebih nyaman. Saat berinteraksi dengan mereka, Anda bisa memperhatikan bahasa tubuh mereka, sehingga memiliki ide sudut pandang dan pose yang terbaik untuk mengambil foto. Hasilnya adalah foto yang lebih alami dan lebih cocok dengan karakter mereka.

Dengan berkomunikasi dan berusaha mengenal keluarga multikultural ini, mereka menjadi nyaman akan kehadiran saya, alhasil saya bisa mengambil foto ini. Saya menyukai foto ini karena secara alami melukiskan cinta ibu terhadap anak dan kesibukan sang ayah di depan komputer
Maka dari itu, untuk foto potret, saya lebih menyukai foto sendiri daripada foto bersama kelompok fotografer lainnya. Dengan kehadiran banyak fotografer atau asisten dengan peralatan-peralatan yang rumit, kesempatan untuk berkomunikasi dengan model menjadi hampir tidak ada. Malahan yang terjadi adalah model akan merasa semakin tidak nyaman dan ini akan tercermin pada raut muka dan bahasa tubuh mereka.

Bayangkan bila Anda adalah modelnya, sangat tidak nyaman bukan? Seperti rusa muda yang siap diterkam serigala-serigala lapar dari segala penjuru, depan, bawah dan samping.
Tips foto Potret untuk pemula
by Enche on October 10, 2009
Foto potret adalah salah satu jenis fotografi yang paling diminati oleh fotografer setelah foto pemandangan. Dalam kehidupan sehari-hari, foto potret mungkin lebih populer daripada foto jenis apapun. Kalau kita melihat jejaring sosial seperti facebook dan myspace, kita akan melihat jutaan foto potret beredar dan terus bertambah dengan kecepatan eksponensial.
Maka itu, mengetahui foto potret yang baik menurut saya sangat penting, terutama untuk mengabadikan momen-momen penting.






Inilah beberapa foto potret dengan berbagai tips and trik
1.

Masalah dengan foto diatas adalah kekuatan cahaya dari belakang yang jauh melebihi cahaya dari depan model. Maka dari wajah orang tersebut terlihat gelap, sedangkan latar belakang sangat terang.
2.

Solusi praktisnya adalah mengunakan lampu kilat / flash untuk menerangi bagian wajah. Kalau Anda memakai kamera saku, cari dan aktifkan fill in flash atau force flash. Kalau di kamera DSLR, biasanya Anda tinggal membuka lampu kilat tersebut.
3.

Selain mengunakan lampu kilat, mengubah rentang focal lensa (zoom length) juga sangat berpengaruh dalam foto potret. Di foto diatas, saya mengunakan Nikon D3000 dengan lensa 18-55mm, di posisi 35mm atau ekuivalen di 52mm di kamera film. Rentang lensa mendekati 50mm ini memiliki perspektif yang hampir sama seperti yang kita liat dengan mata kita.
4.

Foto diatas mengunakan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). rentang lensa yang lebih lebar ini menimbulkan efek distorsi pada wajah.
5.

Foto diatas diambil dengan rentang lensa 24mm (ekuivalen dengan 35mm). Kita bisa melihat sedikit distorsi pada wajah, selain itu, ada masalah dengan cahaya terutama bagian kiri wajah. Bayangan sangat kasar. Solusi dari masalah diatas adalah dengan mencari posisi lain atau mengunakan reflektor untuk menerangi bayangan di sisi kiri wajah.
6.

Foto diatas masih memiliki masalah dengan bayangan yang kasar, hanya kini saya mengunakan rentang fokal 55mm (ekuivalen 82mm) dengan zoom sampai mentok lensa 18-55mm yang saya gunakan. Wajah model terlihat lebih menarik dengan rentang lensa ini karena efek kompresi wajah sehingga wajah tidak terdistorsi.
Selain itu, latar belakang juga menjadi lebih kabur dan objek di latar belakang terlihat lebih dekat dari yang sebenarnya.
7.

Di foto diatas diambil dengan lensa 85mm f/1.4. Dengan mengunakan bukaan maksimal di 1.4, saya bisa membuat latar belakang menjadi sangat kabur. Rentang lensa 85mm (ekuivalen dengan 135mm) menurut saya ideal untuk foto potret, terutama dengan tujuan keindahan (beauty shot).
8.

Seringkali foto candid seperti diatas lebih menarik daripada foto model yang melihat langsung ke lensa. Selain itu, saya juga menunjukkan bagaimana penyuntingan foto (photo editing) bisa secara signifikan mengganti suasana, warna, intensitas foto. Dengan foto editing, Anda dapat mengkomunikasikan dengan pemirsa bagaimana Anda melihat dunia.
9.

Sama dengan foto no.8 diatas, dengan mengunakan alat penyuntingan foto, Anda bisa mengubah foto biasa menjadi foto klasik. Foto potret tidak perlu selalu tajam sampai ke pori-pori, terutama foto wanita.
Jenis Foto Potret
by Enche on July 10, 2009
Foto potret biasanya terdiri dari dua jenis, foto potret “head and shoulder” wajah dan pundak dan “environmental portrait” potret lingkungan. Foto wajah yang baik biasanya menunjukkan karakter orang tersebut. Sedangkan environmental portrait memasukkan elemen lingkungan ke dalam foto sehingga orang yang melihatnya dapat mengetahui hal-hal yang lebih dalam dari orang tersebut. Misalnya, foto seorang pilot di depan pesawat jet tempur dibelakangnya menunjukkan bahwa orang yang difoto adalah seorang pilot jet tempur. Foto seorang di dalam kantor di gedung tinggi dengan gelas kaca dan pemandangan kota dilatar belakang menceritakan bahwa orang yang difoto adalah seorang eksekutif.
Untuk foto head and shoulder, biasanya kita ingin meminimalisir distorsi pada wajah sehingga orang yang difoto lebih terlihat mirip dengan aslinya dan menarik. Untuk itu digunakan lensa telephoto atau bagi pengguna kamera saku, bisa dengan mengunakan zoom sampai mencapai jangkauan fokal sekitar 85-135mm.
Selain itu dianjurkan memakai setting bukaan besar untuk membuat latar belakang menjadi kabur. Dengan latar belakang kabur, maka orang yang melihat foto akan lebih fokus pada wajah daripada latar belakang.
Foto environmental portrait lebih sulit dari sekedar head and shoulder karena diperlukan pemikiran dan persiapan. Beberapa hal yang perlu dipikirkan adalah pemilihan latar belakang, cahaya antara orang yang dipotret dengan latar belakang, pose, dan komposisi. Untuk foto environmental potret, lensa yang digunakan biasanya adalah lensa wide, dengan jangkauan fokal sekitar 16-35mm.
8 Langkah sebelum memotret
by Enche on October 2, 2010
Berbeda dengan pendapat yang popular, foto yang bagus bukan di dapat karena keberuntungan, tapi lebih ke pengambilan keputusan. Banyak hal yang perlu di pikirkan sebelum membuat sebuah foto. Untuk pemula, sulit rasanya harus memikirkan begitu banyak langkah. Tapi dengan latihan yang berkesinambungan, saya yakin kita akan dapat melakukannya secara alami.
1. Temukan subjek yang menarik
Cobalah untuk memilih subjek yang menarik, misalnya di jalan-jalan yang sibuk, usahakan mengambil foto potret dari orang, sebuah bangunan, mobil atau sebuah aktifitas. Berhati-hatilah untuk tidak memasukkan terlalu banyak elemen dalam foto tersebut. Terlalu banyak detail akan membuat orang yang melihat foto menjadi bingung tentang apa yang ingin Anda sampaikan.
2. Kualitas dan arah cahaya
Mengetahui kualitas dan arah cahaya sangat memperngaruhi suasana foto. Secara umum, ada tiga jenis cahaya
Cahaya yang keras (hard light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif kecil / terkonsentrasi. Misalnya: cahaya matahari, lampu kilat kamera, senter.
Cahaya (soft light): Biasanya diperoleh dari sumber cahaya yang relatif besar. Contohnya soft box, reflektor, permukaan langit-langit.
Yang terakhir adalah cahaya yang menyebar (diffused light). Cahaya model ini berasal dari sumber cahaya yang relatif sangat besar. Misalnya langit di saat mendung atau tertutup awan.
Arah cahaya (depan, belakang, samping, atas, bawah) juga merupakan aspek yang penting untuk memberikan kesan tertentu. Perhatikan baik-baik arah dan kualitas cahaya.

Cahaya yang keras (hard light) memberikan suasana yang dramatis dan menonjolkan karakter subjek
3. Komposisi
Langkah pertama dalam membuat komposisi yang baik adalah memulai dari memilih latar belakang. Latar belakang yang bersih / polos adalah langkah awal yang baik. Kemudian posisikan subjek dalam lapisan-lapisan. Aturlah sedemikian rupa sehingga komposisi foto terlihat menarik.
Jika Anda baru memulai fotografi, Anda selalu bisa mempelajari rumus-rumus komposisi sebagai acuan. Banyak aturan komposisi yang bisa membantu Anda membuat komposisi yang menarik seperti rule of thirds, golden rasio, skala dan lain-lain.
4. Pilih bukaan / aperture
Bukaan lensa menentukan berapa banyak cahaya yang masuk ke bodi kamera. Bukaan juga mengatur kedalaman fokus (depth of field). Semakin besar bukaan lensa, semakin tipis kedalaman fokus dan sebaliknya. Kita harus menentukan apakah foto yang kita ambil memiliki kedalaman fokus yang tipis atau dalam.
Secara umum untuk foto potret, kita ingin kedalaman fokus yang tipis sehingga potret tersebut terlihat lebih artistik, sehingga bukaan yang kita pilih seharusnya besar. Tapi kalau kita foto pemandangan, kita biasanya ingin semua elemen dalam foto terlihat jelas dan fokus, maka bukaan yang kita pilih seharusnya kecil.
5. Pilih kecepatan rana / shutter speed
Kemudian, kita harus menentukan apakah kita mau membekukan subjek foto, atau merekam pergerakan subjek. Bila kita ingin membekukan subjek, kita harus dengan mengeset shutter speed dengan teliti.
Untuk mencegah blur karena tangan + kamera kita bergoyang, kita juga harus mengikuti aturan 1 / ukuran fokal lensa. Kemudian kita amati berapa cepat subjek foto bergerak. Subjek foto yang bergerak dengan kecepatan tinggi membutuhkan kecepatan rana yang sangat cepat.
6. Memilih lensa dan fokal lensa yang optimal
Tidak semua lensa itu menghasilkan hasil yang sama. Ada lensa lebar, lensa standard dan lensa telefoto. Setiap fokal lensa memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Lensa lebar memberikan kesan dimensi, distorsi, dan kedalaman fokus yang dalam. Di lain pihak, lensa telefoto membuat foto menjadi dua dimensi (efek kompresi), membuat kedalaman fokus menjadi tipis dan membesarkan subjek yang jauh.
Cobalah foto dengan lensa yang berbeda-beda dan fokal lensa yang berbeda-beda untuk semakin memahami efek-efek yang ditimbulkan tiap-tiap lensa.
7. Tentukan ekposur yang optimal
Kamera biasanya menentukan secara otomatis ekposur yang optimal. Tapi kadang setting yang dibuat kamera tidak sesuai dengan keinginan kita. Misalnya, bila kita ingin membuat foto low key (foto yang bernuansa gelap) atau high key (foto bernuansa terang), kita harus mengatur setting kamera sendiri supaya optimal.
Tentukan setting eksposur kamera tergantung dari hasil akhir yang Anda visualisasikan dengan mode manual atau gunakan fungsi kompensasi ekposur, saat mengunakan setting otomatis atau semi otomatis (P,S,A)
8. Timing
Putuskan juga apakah waktu dalam pengambilan gambar penting atau tidak. Untuk foto still life (subjek tidak bergerak), timing mungkin tidak terlalu penting. Tapi untuk candid terutama foto olahraga, timing menjadi sangat penting. Bila demikian, berlatihlah untuk bisa mengambil foto dengan timing yang tepat. Latihan antisipasi, kesabaran dan kuasailah kamera/alat fotografi Anda sehingga bisa mengambil foto dengan timing yang optimal.

Untuk foto olahraga, timing dan setting shutter speed yang optimal merupakan hal yang penting



Tips wedding fotografi
by Enche on October 21, 2010
Posting ini akan membahas beberapa tips untuk fotografi pernikahaan dengan gaya fotojurnalistik atau dikenal juga dengan dengan istilah candid.
1. Refleksi
Manfaatkan pantulan pada cermin untuk mendapatkan dua frame sekaligus, seperti dibawah ini


Terkadang, pantulan dari pintu, air atau yang lainnya bisa membuat efek yang artistik



Foto pengantin wanita sewaktu make-up melalui cermin merupakan salah satu teknik klasik. Tantangannya adalah jangan sampai Anda juga ikut terpantul di cermin tersebut.

2. Hubungan antar manusia
Berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan pengantin, keluarganya dan bahkan tamu dapat menambah wawasan kita dan juga dalam menentukan momen yang bernilai untuk diabadikan.
Seperti foto dibawah ini, dimana saya menangkap ekspresi dari seorang Ayah dari pengantin yang sangat berbahagia karena kehadiran tamu. Sebelumnya, saya sempat berkomunikasi dengannya dan saya mendapatkan impresi memang Bapak yang satu ini sangat mementingkan hubungan baik antar keluarga dan sanak saudara. Tanpa wawasan tersebut, mungkin foto ini tidak akan saya ambil.

3. Anak-anak
Seringkali, banyak anak-anak yang lucu-lucu di pernikahaan, banyak yang memakai baju yang cantik dan menarik. Selain itu, anak-anak terlihat innocent (tampang tak berdosa) dan interaksi mereka kadang terlihat lucu. Tantangan foto anak-anak adalah mereka memiliki perhatian dan kesabaran yang sangat sedikit, dan mereka berpindah-pindah dalam waktu singkat. Untuk itu diperlukan stamina dan antisipasi yang baik.

4. Emosi dan ekspresi
Pada dasarnya, penampilan luar atau ekspresi kita adalah pancaran dari hati atau emosi kita. Bila kita senang, ekspresi kita pun bahagia. Di dalam sebuah pernikahaan, kita banyak menemukan ekpresi-ekpresi yang menarik, dari yang gugup, gembira, senang, bahagia dan sebagainya. Namun, untuk menangkap the defining moments (saat-saat yang menentukan) yaitu sekejab perasaan jiwa sang subjek, maka kita harus antisipasi dengan baik dan mengambil foto pada saat yang tepat.
Saat wedding dance, pengantin pria ini seakan-akan ingin mengatakan I love you, dengan ekpresinya.

Foto yang menarik itu..
by Enche on August 13, 2010
Menurut penelitian yang dilakukan OKtrends, foto yang menarik adalah foto yang…
• Dibuat dengan mengunakan kamera SLR / kamera bersensor besar yang bisa ganti lensa. Merek Panasonic menduduki tempat teratas disusul Canon, Pentax, Nikon dan Sony. Kamera saku bermerek Leica diluar dugaan menduduki posisi ke-2. Kamera-kamera ponsel menduduki posisi buntut.
• Mengunakan flash built-in di kamera menambah usia 7 tahun dari usia sebenarnya.. Ouch!
• Memakai lensa dengan bukaan besar (f/2.8 atau lebih besar) membuat foto lebih menarik.
• Dibuat setelah matahari terbit (sekitar jam 6 pagi) dan sesaat sebelum matahari terbenam (jam 5 pagi).
Pengumpulan data dilakukan dengan membandingkan dan voting antara dua foto secara acak seperti foto dibawah ini.

Jumlah foto yang digunakan sebanyak 552
Aspek teknis dalam fotografi
by Enche on May 26, 2010
Yang sering menjadi kendala utama fotografer pemula adalah kendala teknis. Banyak yang tidak mengetahui dasar dan tidak mengenal kameranya dengan baik. Saya pikir ini penting sekali untuk diatasi sebelum melangkah lebih jauh. Dengan menguasai aspek teknis, kita bisa membuat foto yang kita inginkan.
EXPOSURE / PENCAHAYAAN
Inti fotografi adalah pencahayaan, maka itu sangat penting kita memahami hal ini. Ada tiga faktor utama yang menentukan pencahayaan yaitu bukaan (aperture), kecepatan pemantik (shutter speed) dan sensitivitas sensor (ISO).

Jenis mode kamera yang bisa dipilih
Berkaitan erat dengan pencahayaan, pertanyaan yang sangat sering saya dapatkan adalah mode kamera apa yang saya harus pakai. Bagi yang memahami prinsip pencahayaan, tentunya lebih cenderung memakai Manual (M), Aperture Priority (A/Av) atau Shutter Priority (S/Tv).
Lalu bagaimana dengan Auto mode, atau Program (P) mode atau scene modes seperti landscape mode (yang gambarnya seperti gunung) atau portrait mode (yang gambar wajah orang dari samping)? Apakah boleh memakai mode itu? Boleh saja kalau belum memahami pencahayaan, tapi bila telah memahami, otomatis kita tidak butuh lagi mode-mode tersebut.
Saya sendiri menyukai Aperture Priority, karena saya bisa fokus dalam mengendalikan berapa kabur latar belakang foto.
Mempelajari pencahayaan ibaratnya seperti belajar mobil manual, berenang atau belajar naik sepeda. Pertama-tama rasanya susah sekali, tapi kalau sudah memahami dan disertai praktek yang teratur, segalanya akan menjadi lancar. Setelah memahami hal ini, hasil hasil foto-foto Anda akan lebih konsisten.
EXPOSURE COMPENSATION / KOMPENSASI

Histogram: Kalau kurva berwarna hitamnya banyak menumpuk di sebelah kanan seperti ilustrasi di atas. Ini menandakan pencahayaannya terlalu berlebihan
Masih berkaitan dengan pencahayaan, hal yang perlu diperhatikan terutama fotografi digital adalah menghindari pencahayaan berlebih sehingga foto menjadi terlalu terang karena akan banyak detail yang hilang dan tidak bisa dimunculkan kembali. Untuk mengecek apakah foto kita terlalu terang, kita bisa lihat di layar LCD atau histogram.
Selain itu seringkali bila pemandangan di depan kita lebih banyak warna gelapnya daripada terangnya, kamera sering salah menafsirkan, sehingga foto menjadi lebih terang. Untuk itu, kita bisa mengakalinya dengan mengunakan fungsi kompensasi pencahayaan.
Nilai kompensasi tergantung pemandangan, jenis pengukur cahaya /metering yang aktif dan jenis kamera. Saran saya coba-coba saja sampai menemukan pencahayaan yang optimal.

Dalam foto ini, kompensasi pencahayaan diperlukan karena sebagian besar area di dalam foto berwarna gelap. Bila tidak, wajah akan terlalu terang dan jubah akan berwarna abu-abu. Data Teknis: Av mode, f/4, 1/320 detik, ISO 200, EC -1
MENCEGAH FOTO KABUR / GOYANG
Dua faktor foto kabur atau goyang adalah salah fokus atau shutter speed kurang tinggi. Untuk masalah auto fokus, jangan mengandalkan setting automatic focus, tapi pilihlah titik fokus tertentu. Bila subjek bergerak, maka gunakanlah continuous AF sehingga auto focus bisa mengikuti subjek.
Untuk memastikan fokusnya benar-benar telah terkunci, bisa dari suara “beep” atau lihat konfirmasi AF yang biasanya berbentuk bulatan atau kotak hijau di dalam jendela bidik / viewfinder.
Berkenaan dengan masalah shutter speed, untuk foto subjek yang bergerak, butuh shutter speed yang cukup tinggi. Contoh: minimal 1/125 untuk foto orang berjalan. Kalau lebih rendah, foto akan kabur. Di kondisi cahaya yang kurang baik, triknya adalah menaikkan nilai ISO, sehingga shutter speed tinggi bisa dicapai.
Untuk faktor kedua, saya pernah menulis artikel Supaya foto tidak kabur [bagian 1 | bagian 2].

Foto #2
Keterangan Foto #2: Untuk membekukan foto penari, saya mengunakan setting AF-C (Nikon) / Ai Servo (Canon) supaya auto fokusnya tetap terkunci pada penari tersebut meski bergerak dengan cepat. Lalu saya juga mengunakan shutter speed yang cukup tinggi. Saya juga mengunakan kompensasi ekposur untuk mengkompensasikan latar belakang yang hitam pekat. Data Teknis: Aperture priority (Av) mode f/4, 1/200 detik, EC -1 1/3, AF-C, ISO 1250, 70mm.
DEPTH OF FIELD / KEDALAMAN FOKUS
Kedalaman fokus yang tipis membuat subjek lebih menonjol dan latar belakang menjadi blur sehingga berkesan artistik.
Untuk membuat efek seperti itu, saya pernah menulis artikel faktor-faktor yang menentukan latar belakang menjadi kabur.

Di foto ini, saya mengunakan bukaan sangat besar, yaitu f/1.4 sehingga depth of field sangat tipis, latar belakang menjadi sangat mulus, bahkan sebagian besar rambut juga udah kabur. Selain itu, lensa yang saya pakai juga cukup tele. Data Teknis: f/1.4, 85mm, 1/1600 detik ISO 200
WHITE BALANCE

Contoh beberapa preset White Balance
Tips terakhir untuk artikel ini adalah menentukan setting WB / White balance yang tepat dengan kondisi atau hasil yang ingin dicapai. Memang di setiap kamera biasanya telah ada AWB atau Auto White Balance, tapi sekali lagi, AWB sering kali tidak menerjemahkan kondisi lapangan dengan baik atau tidak memahami keinginan kita.
Misalnya bila kondisi cahaya di lapangan mendung, maka pilihlah WB cloudy (yang bergambar seperti awan). Kalau di bawah bayangan, pilih Shade dan seterusnya. Kalau di dalam ruangan yang lampunya kuning, maka pakailah WB tungsten (yang gambarnya seperti bola lampu).
Bila ingin foto terlihat lebih hangat (kekuningan/jingga), maka set WB ke cloudy atau shade. Bila ingin foto terlihat lebih dingin / kebiruan, maka pilihlah WB tungsten.
Untuk kamera yang canggih, kita bisa mengeset temperatur warna sendiri dalam derajat Kelvin. Makin rendah makin biru, makin tinggi makin kekuningan.
PENUTUP
Sebelum mengembangkan fotografi secara artistik, tentunya kita harus menguasai hal-hal teknis terlebih dahulu. Maka itu, kita benar-benar perlu sungguh-sungguh belajar dan berlatih.
Lalu saya perlu tekankan juga bahwa untuk menguasai hal-hal teknis, tidak diperlukan kamera atau lensa yang canggih yang mahal. Asal kameranya punya fungsi Manual dan semi otomatis seperti Aperture priority atau Shutter priority, maka Anda bisa mempraktekkan prinsip-prinsip fotografi diatas.
Segitiga emas fotografi
by Enche on July 10, 2009
Bukaan, ISO dan kecepatan pemetik potret (Aperture, ISO dan Shutter speed)
Kunci dari mendapatkan foto yang ideal tergantung dari segitiga emas fotografi. Segitiga emas fotografi adalah bukaan, kecepatan pemetik potret dan ISO. Kombinasi dari ketiganya menentukan hasil ekposure foto.
BUKAAN / APERTURE
Aperture adalah bukaan lensa kamera dimana cahaya bisa masuk. Selain merupakan cara mengendalikan cahaya yang masuk, aperture di gunakan juga untuk mengendalikan kedalaman ruang (depth of field / dof).
Dalam prakteknya, jika Anda berada di lingkungan dimana cahaya sangat terang, maka kita bisa menutup bukaan sehingga lebih sedikit cahaya masuk ke dalam. Jika kondisi lingkungan gelap, maka kita bisa membuka bukaan lensa sehingga hasil akhir menjadi optimal.
Bukaan juga bisa digunakan untuk mengendalikan kedalaman ruang. Bukaan besar membuat kedalaman ruang menjadi tipis, akibatnya latar belakang subjek menjadi kabur. Bukaan kecil membuat kedalaman bidang menjadi besar, akibatnya semua bidang dalam foto menjadi tajam atau berada dalam fokus.
Hal yang unik dan sering membingungkan pemula adalah nomor dalam setting bukaan adalah terbalik dengan besarnya bukaan. Misalnya angka kecil berarti bukaan besar, sedangkan angka besar berarti bukaan kecil. Contoh: f/1, f/1.4, f/2, f/4. f/5.6, f/8, f/16, f/22 dan seterusnya
Setiap lensa memiliki bukaan maksimum dan minimum. Angka yang tertera dalam lensa seperti 3.5-5.6 berarti makimum bukaan bervariasi antara 3.5 sampai 5.6.
SHUTTER SPEED
Kecepatan rana (shutter speed) adalah jangka waktu kamera membuka sensor untuk menerima cahaya. Satuan shutter speed adalah dalam detik atau pecahan detik. Biasanya berawal dari 1/4000 detik sampai to 30 detik. Variasi shutter speed ini tergantung dari badan kamera bukan dari lensa.
Selain mempengaruhi kuantitas cahaya yang masuk, shutter speed mempengaruhi foto dalam dua hal:
1. Kecepatan rana yang cepat membekukan (freeze) objek yang bergerak.
2. Kecepatan rana yang lama menangkap gerakan (motion) objek secara berkesinambungan.
Dalam praktek, kita mengunakan kecepatan rana yang tinggi untuk membekukan gerakan subjek yang bergerak, seperti pada foto liputan olahraga. Sebaliknya, kita mengunakan kecepatan rana yang rendah untuk merekam efek gerak, seperti dalam merekam pergerakan air terjun.
ISO
ISO adalah ukuran sensitivitas sensor terhadap cahaya. Ukuran dimulai dari angka 50, 80 atau 100 dan akan berlipat ganda sampai 3200 atau lebih besar lagi. ISO dengan ukuran angka kecil berarti sensivitas terhadap cahaya rendah, ISO dengan angka besar berarti sebaliknya.
ISO dengan angka besar atau disebut juga ISO tinggi akan menurunkan kualitas gambar karena munculnya bintik-bintik yang dinamakan “noise”. Foto akan terlihat berbintik-bintik seperti pasir dan detail yang halus akan hilang. Tapi untuk kondisi yang sulit seperti sedikit cahaya dalam ruangan, ISO tinggi seringkali diperlukan.
Dengan bermain dengan tiga setting dasar kamera, Anda akan bisa membuat foto Anda menjadi gelap, terang atau sedang. Gelap terangnya hasil akhir dalam foto tentunya tergantung selera Anda.
Mode dalam kamera digital SLR
by Enche on July 10, 2009
AUTO = Mode otomatis
Kamera akan mengukur cahaya, menginterpretasikannya dan kemudian mengatur setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Ketika kamera merasa kondisi lingkungan kurang terang, maka kamera akan otomatis menyalakan lampu kilat untuk mengkompensasi kekurangan tersebut.
Mode automatis praktis digunakan kapan saja, tapi mengunakan mode ini berarti Anda tidak bisa mengendalikan setting kamera untuk fotografi yang kreatif.
P = Program Mode
Seperti mode otomatis, kamera akan menentukan setting aperture, shutter speed dan ISO secara otomatis. Bedanya dengan mode auto adalah, Anda bisa mengubah nilai bukaan atau shutter speed setelah itu, dan kamera akan mengkompensasikan secara otomatis perubahaan setting yang Anda lakukan. Di mode ini, kamera tidak akan mennyalakan lampu kilat meskipun kondisi lingkungan cukup gelap.
A / Av = Aperture priority
Di mode ini, kita menentukan besarnya bukaan lensa, dan kamera menentukan shutter speed (kecepatan) dan ISO yang sesuai.
Mode ini termasuk mode favorit saya, karena saya suka menentukan kedalaman ruang (depth of field). Contoh, bila saya sedang memotret foto potret, dan saya ingin latar belakangnya kabur, maka saya akan mengunakan bukaan besar seperti f/2.8 atau f/1.4. sedangkan kalau saya sedang memotret foto grup atau pemandangan, dan saya ingin semua yang berada dalam foto tajam (berada dalam fokus), maka saya set bukaan kecil f/8 atau f/16. Dengan mengendalikan bukaan saya tidak perlu repot repot menentukan shutter speed atau ISO.
Bukaan juga menentukan berapa banyak cahaya masuk. Jika saya berada ditempat yang gelap dan memerlukan lebih banyak cahaya, saya akan memperbesar bukaan (mengecilkan angka bukaan), supaya lebih banyak cahaya masuk.
Yang perlu diperhatikan dalam mode ini adalah bila cahaya lingkungan gelap, kamera terpaksa mengeset shutter speed yang rendah/lama. Hal ini dapat menimbulkan gambar yang kabur karena kamera goyang saat merekam gambar. Untuk itu, solusinya memakai tripod, atau mengkompensasi dengan menaikkan ISO.
S /TV = Shutter priority
Di mode ini, kita menentukan berapa cepat shutter speed, lalu kamera menentukan bukaan, dan ISO (bila Auto ISO aktif). Setting ini dipakai kalau kita ingin mendapatkan efek freeze (beku) atau efek motion (gerak).
Kalau kita set shutter speed tinggi seperti 1/640 detik, maka hasilnya gerakan orang atau benda yang sedang bergerak menjadi beku, sebaliknya kalau kita set 1/15 detik atau lebih rendah lagi benda/orang yang bergerak, maka kita akan menangkap motion blur. Teknik ini cocok untuk merekam gerakan air di pantai, gerakan air terjun ataupun merekam cahaya mobil yang lewat di malam hari. Seperti aperture, shutter speed juga mempengaruhi banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
M = Manual Exposure
Di mode ini, kita menentukan setting bukaan, shutter speed dan ISO (bila Auto ISO tidak aktif)
Manual mode biasa saya pakai kalau memang saya mau mendapatkan hasil tertentu, contohnya bila saya ingin hasil foto agak gelap (low key fotografi) jadi hasil akhirnya agak misterius, dramatis. Saya juga pakai manual fokus bila ingin bikin siluet dari sebuah objek.
Saya juga sering memakai manual mode ketika kondisi ruangan / lingkungan berganti2 intensitas cahayanya sehingga membingungkan kamera. Contoh seperti di konser, lampunya menyala dengan intesitas dan arah yang berubah-ubah, kadang sangat terang, kadang sangat gelap.
Manual juga sering saya pakai kalau kondisi cahaya lingkungan konstan. Misalnya ketika pertandingan basket sekolah di dalam ruangan. Lampu-lampunyanya konstan. Pada saat tersebut, saya tinggal set aja bukaan, kecepatan dan ISO sebelum pertandingan dimulai. Hasil foto akan konsisten pencahayaannya dan saya dapat memakai mode ini sepanjang pertandingan. mudah bukan?
Tentunya, selera dan gaya pemakaian tiap orang berbeda-beda, yang penting jangan takut coba-coba dan latihan sehingga Anda bisa memahami dan bisa mengunakan mode-mode kamera DSLR ini secara maksimal.
Kompensasi Eksposur
by Enche on November 9, 2009
Bila Anda mengunakan setting otomatis atau semi otomatis di kamera saku atau kamera digital SLR Anda, maka prosesor dalam kamera akan berusaha menerjemahkan pemandangan yang ada dan kemudian mengatur setting yang optimal untuk pemandangan tersebut.
Di banyak kesempatan, mode otomatis memang bekerja sesuai dengan keinginan kita. Tapi di beberapa situasi lainnya, kamera gagal menangkap apa yang kita inginkan atau gambar yang direkam tidak sesuai dengan pemandangan yang ada.
Misalnya bila pemandangan yang mau di foto didominasi oleh warna putih / terang seperti salju, tembok putih dan sebagainya, biasanya hasil foto akan tampak abu-abu atau lebih gelap daripada aslinya.
Sebaliknya bila pemandangan yang ada didominasi dengan warna hitam seperti di dalam cafe yang temaram, di malam hari dan sebagainya, hasil foto biasanya lebih terang daripada yang sebenarnya.
Untuk mengatasi kesalahan intepretasi kamera, kita dapat mengunakan fungsi tombol Kompensasi Eksposur (Exposure Compensation).
Cara mengunakannya sangat sederhana. Bila ingin hasil foto menjadi lebih terang, Anda bisa menaikkan nilai kompensasi eksposur sebesar +0.3, 0.7 sampai +2 atau lebih. Sebaliknya bila Anda ingin hasil foto menjadi lebih gelap, Anda tinggal turunkan nilai kompensasi eksposur tersebut.
Tombol kompensasi ekposur termasuk gampang ditemukan, tombol ini bersimbol plus dan minus.
Menariknya, fungsi ini bisa Anda temukan dari kamera saku yang murah sampai kamera digital SLR yang canggih. Untuk pemakai kamera saku yang tidak memiliki fungsi manual, fungsi ini menjadi penting karena Anda bisa mengatur besarnya cahaya yang masuk layaknya seperti fungsi manual.
Jika Anda telah melihat banyak Foto Portrait yang indah dan Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana untuk mengambil gambar yang menakjubkan dari wajah subjek Anda - dapat dilakukan dengan menggunakan kamera SLR baik dan kamera digital kompak. Namun, seperti untuk fotografer amatir (mereka yang memiliki pengetahuan yang terbatas tentang fotografi) - jika Anda dalam kategori ini, Anda mungkin akan mengalami kesulitan menghasilkan gambar potret yang baik dengan kamera point-and-menembak Anda.

Tentu saja, ada beberapa tips yang Anda dapat mengambil Foto Portrait yang mempesona dengan menggunakan titik-dan-menembak kamera:

Tip No.1: Mengambil tunas beberapa foto di sudut yang berbeda

Pada dasarnya, wajah subjek Anda biasanya terfokus dan ditempatkan di tengah gambar selama pemotretan potret. Dalam hal ini, tidak semua mata tampak cantik dengan menatap lurus pada lensa kamera selama pemotretan. Oleh karena itu, Anda dapat meminta subjek untuk menatap sedikit ke kiri atau kanan pada lensa selama proses pengambilan gambar foto. Pada sebaliknya, membiarkan subjek secara alami melihat Anda - saat ini, perubahan fotografer posisi kamera nya, yaitu dengan menyesuaikan tinggi tripod, atau mengambil beberapa gambar pada sudut yang berbeda.

Tips No.2: Memiliki latar belakang yang berbeda atau tema untuk subjek Anda

Memilih latar belakang kanan atau tema penting untuk membuat wajah subjek Anda (alias latar depan) lebih terlihat dan dirasakan baik oleh orang lain. Hindari menggunakan latar belakang berwarna mencolok yang dapat membayangi subjek Anda. Anda dapat menggunakan bahan lain seperti padat berwarna keriput kain, papan atau dinding sebagai latar belakang Anda yang dapat membuat nada yang berbeda pada wajah subjek Anda.

Jika Anda ingin memiliki tema air nyata - Anda dapat menggunakan kamera Canon digital tahan air untuk mengambil Foto Portrait yang jelas dan sangat baik dalam air yang mustahil diambil dengan menggunakan jenis kamera digital konvensional.

Tips No 3: Coba cocok modus bidikan yang tepat untuk kondisi pengambilan foto

Memanfaatkan preset maju atau mode pengambilan gambar sehingga Anda dapat mengambil gambar potret berkualitas tinggi dalam kondisi yang berbeda. Untuk pengguna kamera digital Canon PowerShot, mereka biasanya akan menggunakan "Sunset / Evening Shooting Mode" untuk menangkap gambar potret luar rumah pada malam hari dengan kecerahan, warna dan kontras disesuaikan dengan baik.

Tips No 4: Dress subjek Anda

Berdasarkan kutipan yang terkenal - "Pakaian membuat orang", dalam hal ini, penampilan subjek Anda dapat ditingkatkan dengan attires tampak menyenangkan. Jika Anda ingin membuat subjek Anda terlihat elegan - misalnya, mengenakan setelan bisnis yang cocok dapat membuat gambar potret Anda terlihat formal. Sebaliknya, Anda dapat memiliki subjek Anda untuk memakai pakaian olahraga (termasuk topi baseball, jaket olahraga, kaus) yang akan menciptakan kesan atletis sempurna serta mengembangkan pandangan menyegarkan wajah subjek Anda.
PORTRAIT

Orang berusaha mendekorasi rumahnya semewah atau seunik mungkin. Sering mereka tidak ragu membeli mebel, porcelain dan asesoris yang exclusif dan mahal. Tapi kemewahan itu sendiri tidak dapat menunjukkan siapa peraih kemapanan itu, selama tidak ada bagian dekorasi yang mengidentikkannya.
Sebelum abad 19, lukisan portrait adalah satu-satunya dokumentasi gambar yang merekam masa kanak-kanak, keluarga sampai pasangan pengantin baru. Dokumentasi ini bukan sekedar fail dalam simpanan atau buku album yang kurang terexpos, dapat rusak, hilang atau terlupakan. Kebanyakan lukisan portrait menjadi bagian dekorasi yang unik tiada duanya. Itu adalah salah satu cara ia dapat bertahan terhadap waktu bahkan setelah ratusan tahun. Anda tentu tahu lukisan Mona Lisa, dibuat pada th 1503 oleh Leonardo da Vinci.
Lukisan portrait diri anda dan keluarga akan menjadi personal, artistik, sangat exklusif, tahan lama dan memberi inspirasi. Dan ia akan menjadi warisan tak ternilai bagi keluarga dan generasi penerusnya.
portrait photography --> lebih ke inner beauty

# portrait lebih kearah mukanya si model deh , merekam expresi, karakter si model etc.. biasanya foto potret yg diikutkan dalam frame bagian dari pinggang keatas.
Kalo fashion photography.. lebih menonjolkan pakaian & aksesoris-nya.. biasanya full body shot.
# FASHION Photography itu lebih cenderung untuk meng-ekspos "STYLE penampilan luar nya doang"
kalo PORTRAIT itu menurut aku sih kebalikan nya....lebih cenderung mengarah kepada profile atau karakter atau sifat2 model...

# Pesan yang ingin disampaikan PORTRAIT adalah "SIAPA-nya" ...
Pesan yang ingin disampaikan FASHION adalah "FASHION-nya

# Portrait ==> Lebih setuju klo photo dari bagian tubuh manusia yang dapat menimbulkan efek psikologi yang berbeda saat kita melihatnya. Katanya itu jugaaa

# portrait adalah ekspresi..udah..nampilin sesuatu yang manusiawi dan realistis..klo g ada ekspres ya namanya pas foto buat KTP.ekekekekekek

# saya mampir ke National Potrait Gallery (www.npg.org.uk) di London mas yoga, ternyata konsep potrait udah mulai banyak bergeser. Ada yang lebih ke humanis dengan lingkungannya (pekerjaan dan keseharian) bahkan kadang terlalu surealis. Saya masih pake konsep yang lama sama seperti njenengan

# portrait adalah hasil foto kita mampu memunculkan mood atau ambien tertentu dari obyek foto yang kita ambil.. baik mata obyek itu menatap kamera atau tidak..

# kayaknya kalo portrait itu lebih ke sisi manusiawi objeknya ya...
menggambarkan identitas, karakter, atau profile...


# A portrait is a painting, photograph, sculpture, or other artistic representation of a person, in which the face and its expression is predominant. The intent is to display the likeness, personality, and even the mood of the person. ...
Portraits can be full length, heads, torsos or portrait busts, life size or disproportionate, abstract or realistic and executed in many mediums

# Foto portrait itu sendiri merupakan tipe foto yang mementingkan karakter dari objek yang di foto.
Banyak contoh foto portrait yang dapat kita ambil dan menjadikannya acuan untuk meningkatkan kreativitas kita dalam fotografi dengan tipe ini.contoh- contoh portrait seperti profil tokoh, pejuang,artis, atau bahkan orang- orang yang telah kita kenal sebelumnya.
# Portrait diartikan sebagai lukisan, gambar, patung atau gambaran keindahan dari manusia,dimana ekspresi wajah begitu dominan untuk mengungkapkan persamaan, kepribadian, bahkan perasaan seseorang. Beranjak dari pengertian tersebut, maka foto portrait dapat diartikan bukan sebagai foto tetapi kumpulan gambar dari seseorang dengan berbagai posisi. Foto portrait merupakan tipe foto yang tidak dapat digantikan oleh medium apapun.
# Pada umumnya foto portrait menampilkan ekspresi alami dari objek yang di foto.
disini mata dari objek menjadi komponen penting dari sebuah foto portrait.
Selain kekuatan mata, unsur lain yang dapat memperkaya foto portrait adalah lingkungan. Foto portrait banyak berkaitan dengan foto jurnalistik tapi antara keduanya sebenarnya terdapat perbedaan. Foto jurnalistik merupakan gabungan dari unsur visual dan kata- kata dimana foto tersebut akan lebih jelas maknanya bila didukung dengan penjelasannya. Sedangkan foto portrait dapat langsung menceritakan suatu keadaan objek dan latar belakangnya.
# Bila Anda membuat foto portrait (orang /model /produk), Anda dapat mengontrol cahaya dalam beberapa cara, termasuk bagaimana posisi subjek dalam kaitannya dengan cahaya yang tersedia, atau apakah Anda menyiapkan strobes mengisi atau menggunakan lampu kilat. Tetapi bila Anda mengambil foto landscape atau seascape Anda tidak dapat mengubah penting situasi cahaya di tempat itu.
Itulah salah satu
Yongnuo RF-602 wireless flash trigger plus remote shutter
Untuk kebutuhan fotografi profesional atau hobi strobist, kebutuhan akan banyak lampu yang dikendalikan secara wireless (nirkabel) memang mutlak perlu. Yongnuo sebagai produsen aksesori lampu kilat dan flash trigger menyediakan dua versi produk trigger, yaitu seri basic seperti CTR-301 dan seri yang lebih canggih seperti RF-602. Kali ini kami akan mengulas secara singkat produk Yongnuo RF-602 dan beberapa aplikasi pemakaiannya.

YN602 TX dan RX unit
Produk Yongnuo RF-602 merupakan pasangan dari unit transmitter (602TX) dan unit receiver (602RX) yang bekerja di frekuensi 2.4 GHz. Kemampuan wireless keduanya bisa dimanfaatkan untuk memicu lampu kilat agar menyala (flash trigger) maupun menjadi remote shutter. Sepasang produk buatan China ini dijual seharga 350 ribu rupiah, namun bila hanya ingin memiliki unit receiver saja harganya 250 ribu rupiah.

Pada bagian atas unit transmitter (TX) dijumpai tombol yang berfungsi untuk menjadi remote shutter. Tombol ini layaknya tombol rana pada kamera, bisa ditekan setengah (untuk auto fokus) dan ditekan penuh (untuk memotret). Unit transmitter yang ditenagai sebuah baterai CR2 ini bisa dipasangkan pada flash hot shoe kamera dan terdapat beberapa pin kontak di bagian bawahnya plus switch pengatur kombinasi frekuensi (lihat contoh di atas). Di bagian depan unit ini dijumpai port untuk kabel PC sync dan sebuah lampu LED yang akan menyala saat tombol ditekan (hijau bila ditekan setengan dan merah bila ditekan penuh).

Pada bagian unit receiver (RX), di sisi atas terdapat switch on-off yang mengaktifkan fungsi penerima sinyal. Unit ini ditenagai dengan 2 baterai jenis AAA yang bisa hidup selama 2 hari non-stop. Masih di bagian atas, ada juga hot shoe tempat memasang lampu kilat eksternal. Ada pula switch pengatur kombinasi frekuensi yang disesuaikan kanalnya dengan unit TX. Di bagian bawah tersedia lubang untuk memasang unit ini pada light stand. Yang unik dari unit receiver ini, dia bisa dipasang di flash hot shoe kamera, meski fungsinya hanya sekedar untuk ‘numpang duduk’. Bila unit ini akan difungsikan sebagai remote shutter, diperlukan kabel shutter release (tersedia dalam paket penjualan) dari unit ini ke bodi kamera seperti contoh di bawah ini.

Berikut spesifikasi lengkap dari Yongnuo RF-602 :
• Type FSK 2.4 GHz Wireless Remote System
• Flash Sync Speed 1/250s
• Transmitter Distance 100 meters
• Channel 15 difference channel and ALL channel
• Release Half-way press, Full-way press
• Time of shooting Up to 20000 times (using CR2 Lithium Battery)
• Receiver Stand-by Up to 45 hours (using AAA battery)
Dalam paket penjualannya disertakan baterai 2 x AAA dan sebuah baterai CR2. Adapun kabel yang disediakan yaitu kabel shutter release dan PC sync, serta sebuah adapter dari 6.35mm ke 3.5mm plug.
Beberapa kemungkinan pemakaian yang bisa dilakukan menggunakan Yongnuo RF-602 ini diantaranya :
• Wireless flash basic : Pasang TX unit di kamera dan lampu kilat pada RX unit, maka lampu kilat akan di trigger secara wireless.
• Multiple flash trigger : Dengan membeli unit RX tambahan, sejumlah lampu kilat bisa dibuat menyala secara bersamaan secara wireless.
• Studio light trigger : Untuk menghubungkan unit RX dengan peralatan lampu studio, anda perlu membeli kabel khusus (LS-02) secara terpisah.
• Wireless remote shutter : Hubungkan unit RX ke kamera memakai kabel shutter release, lalu tekan tombol pada unit TX dan kamera akan memotret secara wireless.
• Multi camera remote shutter : Bila ingin memotret memakai lebih dari satu kamera, maka kamera utama dipasang unit TX dan kamera lain dipasang unit RX. Saat tombol rana kamera utama ditekan setengah, semua kamera akan mulai mencari fokus dan saat tombol ditekan penuh maka semua kamera akan memotret. Perhatikan kalau tiap kamera punya lag tersendiri dalam mencari fokus dan memotret.
• Campuran remote shutter dan flash trigger : Pada kombinasi ini unit RX dihubungkan ke kamera melalui kabel shutter release, sementara di bagian flash hot shoe juga dipasang lampu kilat. Jadi kamera akan memotret saat tombol pada unit TX ditekan, sekaligus lampu kilat juga ikut menyala secara wireless (lihat contoh pemasangan di bawah ini).

Perhatikan kalau unit RX yang terpasang di atas kamera Canon G10 ini sebenarnya hanya ‘numpang duduk’ sedangkan komunikasi data melalui kabel saja. Untuk itu pemasangan seperti ini harus didukung dengan kamera yang sudah memiliki shutter release port. Lampu kilat dipasang pada flash hot shoe yang ada di unit RX dan akan menyala saat unit RX di-trigger oleh unit TX. Keren kan…?

Tidak ada komentar: